* Pengakuan Pelajar Banyuwangi yang Nyambi Bisnis Birahi (2)
Demi Pelanggan, Rela Bolos Sekolah
Demi sebuah servis, Datul terkadang nekat bolos sekolah. Dia tak ingin pelanggannya kabur gara-gara dia dianggap tidak ‘setia setiap saat’. Berikut penuturan pelajar yang merangkap jadi pramunikmat itu kepada wartawan Memorandum Timur di Bnayuwangi, Udin Yusufi.
Masih mengenakan seragam putih abu-abunya, Datul menemui Memo yang berkunjung ke tempat kos siswi SMA ini. Ketika itu dia mengaku baru pulang sekolah. “Capek Mas, padahal (sekolah) tidak mendatangkan uang. Tapi demi orang tua, saya tetap sekolah,” kata perempuan ini yang mengaku ingin sekolahnya tetap tuntas dan tidak mandeg di tengah jalan.
“Kalau diminta berkata jujur sih, sebenarnya saya malas sekolah. Mungkin karena sudah bisa merasakan dapat uang dengan mudah,” tambahnya.
Lalu, bagaimana bisa membagi waktu antara kerja dan sekolah? “Ya pagi sampai siang sekolah, lalu malamnya kerja, kok repot,” jawabnya setengah bergurau, lalu tertawa lepas.
“Tapi memang urusan sekolah sering di nomor duakan,” ujarnya dengan mimik wajah mulai serius. Alasannya, tentu klise. Sekolah tidak menghasilkan uang, sedangkan pekerjaan sambilan yang dilakoninya justru mendapatkan uang berlimpah. “Apalagi hasilnya terkadang justru untuk memenuhi kebutuhan sekolah saya,” sambungnya.
Bahkan tak jarang Datul harus bolos sekolah ketika ada ‘panggilan kerja’. “Tapi itu hanya berlaku bagi orang-orang khusus. Utamanya bagi pelanggan yang biasanya royal memberikan uang. Itu kan bagian dari servis. Saya pikir-pikir sekali-kali nggak apalah bolos, asal hasilnya setimpal,” tutur Datul.
Gadis ini mengakui, biasanya pelanggan yang royal dengan uang itu akan marah kalau keinginan melepas syahwatnya tertunda. “Alasan mereka, kalau sudah pingin itu nggak bisa ditunda lagi, soalnya bisa bikin kepala pusing, Iyo ta Mas?” kata Datul sambil tertawa cekikikan.
Terkadang pelanggan Datul ini berani mengancam akan pindah ke gadis lain kalau keinginnanya tidak terpenuhi saat itu juga. “Saya pernah mengalami itu. Ada pelanggan saya yang beralih ke teman saya. Bahkan saya sampai bertengkar dengan teman saya itu karena saya anggap dia telah menyerobot pelanggan saya. Sampai sekarang saya masih gak nyopo sama dia,” urai Datul.
Di sinilah Datul tak memiliki nilai tawar. Dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah kendati hanya sehari demi memenuhi keinginan sang pelanggan. “Terkadang menyesal juga sih harus bolos sekolah. Tapi begitu melihat gebokan uang, rasa sesal itu langsung hilang,” akunya blak-blakan.
Kendati terkadang harus meninggalkan pelajaran, bukan berarti Datul sepenuhnya cuek dengan urusan sekolahnya. Ketika dia terpaksa tidak masuk, esok harinya gadis ini menanyakan ke teman-temannya tentang pelajarang yang diberikan gurunya kemarin. “Paling tidak saya tanya, apakah ada PR (Pekerjaan Rumah) ataukah tidak,” imbuh gadis berkulit sawo matang ini.
Bagaiamana agar teman atau gurunya tidak tahu? “Ya jangan dikasih tahu, ha..ha..ha,” jawabnya sambil tertawa lepas. “Saya nggak punya resep khusus untuk itu mas. Yang penting saya di sekolah dan lingkungan berperilaku wajar seperti pelajar kebanyakan. Kalau toh mereka nantinya tahu bahwa saya pelajar cabutan, ya biar saja. Saya nggak pernah pusing mikir ke arah sana, lha wong saya makan tidak ikut mereka ajak kok,” urainya.
Tidak takut dikeluarkan dari sekolah kalau ketahuan? “Takut juga sih, makanya doakan saya tidak ketahuan ya. Nanti sampean saya kasih bonus kalau mau mendoakan saya tidak ketahuan sampai saya lulus sekolah,” katanya setengah menggoda. (bersambung)
Memo Hari ini
16 tahun yang lalu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar