Senin, 28 Juli 2008

Pengakuan Pelajar Banyuwangi yang Nyambi Bisnis Birahi (3/habis

* Pengakuan Pelajar Banyuwangi yang Nyambi Bisnis Birahi (3/habis)
Antara Dosa dan Kenikmatan
Jika pagi hingga siang hari, Yn mengenakan seragam sekolahnya dan berpenampilan apa adanya layaknya seorang gadis lugu. Tapi, bila malam tiba, penampilan gadis ini langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Inilah episode terakhir pengakuan pelajar yang juga menawarkan jasa kepuasan birahi itu kepada wartawan Memo Timur di Banyuwangi, Udin Yusufi.

Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari ketika Yn baru keluar dari sebuah hotel. Dandanannya sangat mencolok. Dia mengenakan kaus ketat dan celana jins yang juga menempel ketat. Saking ketatnya, lekuk tubuhnya tampak kelihatan jelas. Bahkan pusarnya sesekali mecungul di antara kaus dan celana yang dipakainya.
“Lama nunggunya ya mas,” kata Yn menyapa wartawan koran ini yang menunggunya di luar hotel. “Kita cari warung dulu yuk, biar ngobrolnya nyantai. Lagian perutku juga sudah keroncongan nih,” sambungnya langsung naik di boncengan motor.
Lima belas menit kemudian, Yn sudah menyantap nasi bungkus yang dipesannya. Pemilik warung itu rupanya juga sangat akrab dengan Yn. “Ini warung langganan saya mas. Pemiliknya juga tahu profesi saya selama ini,” kata Yn sambil jarinya menunjuk ke arah perempuan pemilik warung. Yang ditunjuk hanya tersenyum tanpa mengucap sepatah kata.
“Laki-laki yang barusan boking saya resek mas. Sudah kondisinya mabuk, pakai nawar lagi. Sudah gitu, gayanya minta yang yang macem-macem. Huh, capek deh,” kata Yn sambil tetap mengunyah makanannya.
Kendati pelanggannya menyebalkan, namun Yn mengaku tetap berusaha melayaninya dengan baik, termasuk pura-pura menikmati hubungan mesum itu. “Kalau dia mendengar kita mendesah, biasanya mereka tambah semangat. Akhirnya, cepat selesainya. Jadi cepat dapat duit, hi..hi..hi,” ujarnya lalu tertawa kecil.
Di usianya yang masih belia, tampaknya Yn sudah tahu banyak tentang hubungan intim antara lawan jenis. Maklum saja, gadis ini mengaku sudah hampir setahun menekuni profesi pemuas syahwat kaum laki-laki ini. “Saya mulai terjun ke dunia malam sejak kelas dua SMA,” akunya.
Menurut penggemar musik dangdut ini, awalnya dia diajak oleh seorang temannya sesama pelajar. “Waktu itu saya lagi patah hati karena pacar saya kabur. Saya sangat terpukul sekali dengan putusnya hubungan itu. Sebab, saya sudah menyerahkan segala-galanya ke pacar saya itu,” tutur Yn mulai mengenang masa lalunya.
Saat kalut itulah temannya mengajak dugem ke sebuah kafe. Di sana mereka berpesta pora hingga mabuk. Ujung-ujungnya, Yn harus melayani seorang pemuda yang mengajaknya berpesta itu.
“Kami menginap di sebuah hotel. Saya sudah lupa berapa kali harus melayani laki-laki itu. Pagi harinya, sebelum kami berpisah, dia memberi saya uang yang menurut saya sangat banyak. Sejak itulah saya mulai tergiur menekuni dunia malam,” kata pelajar asli Banyuwangi ini.
Menyesalkah telah terjerumus ke lembah nista? “Kadang sih perasaan berdosa itu muncul. Apalagi saya ini kan masih muda, saya tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan saya kelak. Tapi kalau sudah nggak punya uang, rasa berdosa itu tiba-tiba lenyap. Membayangkan dapat uang banyak tanpa kerja keras,” membuat saya sampai sekarang sulit berhenti.
Ada rencana berhenti? “Ya ada dong mas, masak mau seperti ini terus. Apalagi kita kan pasti menjadi tua. Saya sudah berjanji dalam hati akan berhenti kalau ada laki-laki bertanggungjawab mau menikahi saya dan menerima saya apa-adanya. Saya akan berbakti kepadanya dan setia sepanjang hidup. Sekarang pun kalau ada, saya siap berhenti. Sampean juga boleh daftar lho, asal sampean sekarang tidak punya istri,” kata Yn lalu membersihkan bibirnya dengan tisu. (*)


Tidak ada komentar: