Kamis, 31 Juli 2008

Takut Dibunuh, Emoh Pulang

Takut Dibunuh, Emoh Pulang
* Trauma Janda Korban Penganiayaan Anak Kandung
Banyuwangi, Memo
Kasus penganiayaan yang dilakukan Junaidi (29), warga dusun Telogosari desa Jambewangi kecamatan Sempu berimbas trauma bagi korban. Mardiyah (45), ibu kandung pelaku, sekaligus korban penganiayaan mengaku enggan pulang ke rumahnya. Janda dua anak itu pilih mengungsi dikediaman orang tuanya, di dusun Pancursari desa Benculuk kecamatan Cluring.

Istri almarhum Ponidi itu mengaku takut kekerasan serupa bakal menimpa dirinya. Meskipun anak pertamanya telah dijebloskan ke dalam penjara, tapi bayangan prilaku tersangka masih terus membayang.”Tidak aah! Lebih baik tinggal di Benculuk saja. Lebih aman,”ujarnya.

Bagi Mardiyah, kekerasan yang dilakukan anak sulungnya tersebut bukan kali pertama. Sebelumnya, Junaidi sering kali melempari dirinya dengan batu dan pisau dapur. Meski sering dianiaya, tapi Mardiyah mengaku kasihan dengan anaknya.

Hingga akhirnya, kesabaran Mardiyah habis. Ulah Junaidi yang pemarah, diadukan oleh korban kepada aparat. Sebab, wajah Mardiyah bengkak dan benjol akibat terkena lemparan batu tersangka.”Dahi ini, kemarin sempat benjol-benjol. Dia melempar batu kearah saya,”beber Mardiyah.

Ketakutan lain, Mardiyah mengaku pernah diancam oleh anak pertamanya tersebut. Tersangka tidak segan-segan membunuh dirinya jika keluar dari penjara.”Takut mas. Jangan-jangan, pas lagi dirumah Jambewangi, dia pulang dan membunuh saya,”ucapnya sambil mengekspresikan ketakutan yang dialaminya.

Menurut tersangka, penganiayaan itu terjadi karena dipicu pernikahan siri ibunya, dengan pria bernama Win. Padahal, Win adalah kakak kandung almarhum ayahnya. Kondisi itu membuat Junaidi berang hingga nekad berbuat aniaya.”Jelas tidak setuju. Masak anak sudah besar masih mau nikah lagi,”kilahnya.

Keterangan itu dibantah Mardiyah. Diruang penyidik mapolsek Sempu, wanita yang sudah 20 tahun menjanda itu, mengaku tidak pernah menikah dengan siapa pun. Menurut Mardiyah, Win adalah saudara ipar yang baik bagi dirinya. Selama ia menjadi TKW di Malaysia, Win selalu memberi suport atas keberhasilannya.”Hubungan kami dengan Win tidak ada yang istimewa. Sebatas hubungan kerabat biasa saja,”ujar Mardiyah.

Korban juga menambahkan, peringai Junaidi berubah menjadi pemarah setelah ditinggal mati oleh ayahnya. Sehingga, Siti, anak keduanya, enggan tinggal bersama sang kakak. Siti pilih merantau di pulau Bali. Mardiyah menduga, klimak kemarahan Junaidi itu terkait harta warisan.”Sepulang dari Malaysia, saya beli sebidang tanah. Tanah itulah yang dipermasalahkan oleh Junaidi. Kenapa kok tidak diberikan kepadanya,”imbuh Mardiyah.

Kasus itu sedang dilami petugas polsek Sempu. Kapolres Banyuwangi, AKBP. Rahmat Mulyana, didampingi Kapolsek Sempu, AKP. Toha Khoiri menegaskan bahwa prilaku tersangka sangat meresahkan. Karena itu, aparat menjeratnya dengan undang-undang kekerasan dalam rumah tangga.”Kasus ini kita lanjutkan penanganannya. Baik pelaku maupun korban sudah kita minta keterangan,” tegasnya. (bw1/gt1)


Tidak ada komentar: