*Anggota DPRD Jember Meninggal Saat Kunker
Almarhum Sempat Minta Maaf
Jember, Memo
Kematian KH Abdussomad Djalil, anggota Komisi D DPRD Jember saat kunjungan kerja di Magelang, Jumat (15/8) dinihari begitu mengejutkan. Namun ia masih sempat meminta maaf sebelum pergi untuk selama-lamanya.
Sanusi Mochtar Fadillah, rekannya satu komisi, menyatakan tak ada tanda-tanda Abdussomad Djalil dalam kondisi tak sehat saat kunjungan kerja. Bahkan, Kiai Somad - sapaan akrabnya-sempat melemparkan humor segar saat berkunjung ke SMK Negeri 1 Bantul.
"Saya lihat anak-anak SMK pakai jilbab, saya seperti melihat bidadari di surga," kata Kiai Somad, sebagaimana ditirukan Sanusi.
Jadwal kunjungan kerja Komisi D ke Jogjakarta adalah 13 - 15 Agustus. Di sana, para legislator hendak belajar soal pendidikan berbasis lingkungan. "Jember sudah memiliki perda pendidikan, tapi belum menyentuh persoalan lingkungan," kata Sanusi.
Rombongan hendak kembali ke Jember pada pukul 15.00, Kamis kemarin. Namun, seperti lazimnya kebiasaan Komisi D dalam kunjungan kerja, sebelum bertolak ke Jember mereka berziarah ke makam salah satu wali di daerah tersebut. Makam yang dipilih adalah makam Sunan Gesang, murid Sunan Bonang, di Magelang.
Perjalanan berlangsung nyaman. Abdussomad Djalil juga menikmati santapan di rumah makan Padang. Tidak ada tanda-tanda jantungnya bakal bermasalah. Abdussomad Djalil memimpin salat Magrib dan Isya berjamaah, sebelum rombongan naik ke atas bukit menuju makam Sunan Gesang. "Beliau juga sempat memimpin zikir dan tahlil," kata Sanusi.
Perjalanan menuju makam Sunan Gesang tak mudah. Mereka harus meniti ribuan undakan tangga di sebuah bukit. Saat itulah, Abdussomad Djalil kecapaian. Sanusi dan Samsul Hadi Baehaqi, dua rekannya, memintanya kembali ke bawah dan beristirahat.
Abdussomad Djalil menolak mundur. Ia memang sosok politikus yang kukuh. Kekukuhan yang sama ditunjukkannya saat dirinya menolak diganti antar waktu oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa.
Ia tetap berjalan mendaki bukit, dengan merangkul tangan Anang Bachtiar, petugas pendamping Komisi D dari Sekretariat DPRD Jember. Sesampainya di makam Sunan Gesang, Abdussomad Djalil mengaji bersama para anggota komisi lainnya.
Kondisi tubuh Abdussomad Djalil tampak lemah. Saat tengah berbincang-bincang dengan Anang, ia mendadak lemas dan tak sadarkan diri. Kepanikan melanda para anggota Komisi D. Beberapa saat kemudian, Abdussomad Djalil siuman dan melafalkan istigfar (lafal permohonan ampun) berkali-kali.
"Saya mohon maaf, jika ada kesalahan selama di Komisi D. Salam saya untuk teman-teman yang lain," kata Abdussomad Djalil lirih, sebelum akhirnya tak sadarkan diri lagi.
Anang Bachtiar langsung bergerak mencari dokter ke rumah sakit terdekat malam itu juga. Abdussomad Djalil langsung dilarikan ke sana. Namun, saat diperiksa dokter, ternyata jantung Abdussomad Djalil tiada berdegup lagi.
"Kami tidak tahu, apakah Kiai Somad meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, atau meninggal di rumah sakit," kata Sanusi.
Kematian Abdussomad Djalil mengguncang para anggota Komisi D. Beberapa anggota komisi itu meneteskan air mata, termasuk Sanusi. "Beliau orang baik. Kami semua berduka," katanya.
Jenasah Abdussomad Djalil dibawa ke rumah duka di kecamatan Kencong, dan dimakamkan di sana Jumat (15/8) siang. (*)
Empat Tahun, Tiga Anggota FKB Meninggal
Bukan sekali ini saja anggota DPRD Jember meninggal dunia saat bertugas. Sejak tahun 2004, sudah tiga orang legislator meninggal dunia dan semuanya anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa.
Sosok pertama yang meninggal akibat serangan jantung dalam tugas adalah Muchson Sudjono, Ketua DPRD Jember periode 1999 - 2004. Kematiannya terhitung dramatis, yakni saat memimpin sidang paripurna pelantikan anggota DPRD periode 2004 - 2009.
Kala itu, Muchson tengah memberikan sambutan terakhirnya. Tiba-tiba, ia lunglai tak ubahnya orang yang mendadak pingsan. Kepanikan pecah. Ia segera dilarikan ke RSUD dr. Soebandi, namun Tuhan berkehendak lain.
Anggota DPRD lain yang meninggal dunia saat tengah menjabat adalah Masykur Madjid. Masykur adalah rekan Abdussomad Djalil di Komisi D dan sama-sama berasal dari daerah pemilihan yang sama saat pemilu, yakni DP 6. Ia meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit Jember Klinik.
Terakhir adalah Abdussomad Djalil. Ia dan Masykur adalah dua dari 10 anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa yang dipecat karena dianggap tak loyal, dan diusulkan untuk diganti antar waktu. Namun, mereka bertahan di parlemen hingga akhir hayat.
Masuknya Abdussomad Djalil ke parlemen diiringi kontroversi ijazah palsu. Namun, ia tak terpental. Bahkan, terpilih sebagai ketua FKB sebelum diganti oleh Didik Imron.
Abdussomad Djalil juga sempat terpilih mewakili FKB di Badan Kehormatan DPRD Jember. Sebelum mengakhiri masa jabatannya, ia sempat meminta maaf karena merasa tak begitu sukses saat menjadi anggota BK.
Seharusnya, pengganti Abdussomad Djalil di DPRD Jember adalah Idris Sholeh. Namun, karena Idris ditengarai telah menyeberang ke Partai Kebangkitan Nasional Ulama, maka pengganti Abdussomad menurut daftar peringkat calon legislator di Daerah Pemilihan VI adalah Abdul Halim.
Tokoh muda Nahdlatul Ulama Mochammad Eksan mengatakan, kematian Abdussomad Djalil adalah kehilangan besar. "Pesan moral dari kepergian Kiai Somad, bahwa hidup berujung pada kematian. Soal-soal konflik kaum Nahdliyyin saatnya harus dilupakan," katanya. (*)
Memo Hari ini
16 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar