Senin, 04 Agustus 2008

Hajar Istri, Tewas Sendiri *Diduga Karena Tekanan Darah Tinggi Kambuh

File :st8-Mayat
Teks : Mayat Pak Didik saat divisum di Puskesmas Bangsalsari. (st8)

Hajar Istri, Tewas Sendiri
*Diduga Karena Tekanan Darah Tinggi Kambuh
Jember, Memo
Sesosok mayat terbujur di sebuah ruangan di Puskesmas Bangsalsari, ditutupi satu kain kebaya berliris merah. Tak jauh dari mayat itu, sanak keluarganya tengah menunggui. Saat wartawan ini mendekat untuk mengambil gambarnya, salah satu kerabat dekatnya langsung membuka kebaya yang menutupi laki-laki yang sudah tak bernyawa itu.
"Biar jelas saya buka aja mas, silakan difoto lagi ya," ujar laki-laki itu yang mengaku masih kerabat dekatnya yang enggan menyebutkan namanya ini.
"Sudahlah mas tak usah pakai nama saya, silakan kejadian ini saja diliput," sambungnya tetap tak mau menyebutkan namanya.
Lalu dia menceritakan kalau laki-laki yang tak lagi bernyawa dan ditutupi kain kebaya itu bernama P. Didik yang sudah berumur kira-kira 60 tahun. Kini, laki-laki tua itu menghembuskan napas terakhirnya karena diduga penyakit darah tingginya kambuh saat cekcok hingga terjadi peristiwa berdarah dengan sang istri bernama Musrifah (43) warga Dusun Krajan, Desa Langkap, Kecamatan Bangsalsari.
Menurut sumber yang diterima Memo, laki-laki tua yang tak lagi bernyawa itu dikenal tetangganya sebagai suami yang ringan tangan pada istrinya. Tak jarang percekcokan dalam rumah tangga itu sering terjadi. Bahkan, menurut sumber lain dia tak pernah menafkahi sang istri hingga kurang lebih tujuh tahun lamanya.
Sang istri berusaha tabah menjalani hidup tanpa diberi nafkah sang suami, lalu sang istri mencari kerja sendiri untuk menghidupi kedua anaknya yang mulai menginjak dewasa itu. Hari-harinya dijalani dengan percekcekcokan dengan suami, tak tahu apa masalah yang dihadapi oleh kedua pasangan suami istri itu.
Puncaknya, malah sang suami yang konon tak pernah memberi nafkah pada istrinya itu meminta cerai pada sang istri. Berkali-kali suaminya meminta surat cerai dari sang istri. Hingga akhirnya, pasangan suami istri itu sepakat mengajukan cerai.
Singkatnya, sehari sebelum peristiwa berdarah yang mengantarkan istrinya bernama Musrifah terbaring di Puskesmas Bangsalsari dengan luka robek dibagian kepala belakang karena dipukul dengan pipa besi oleh sang suami, sidang perceraian diantara keduanya penuh keributan dan sepertinya tak ada damai.
Pasalnya, berkali-kali sang suami melontarkan kata ancaman untuk membunuh istrinya setelah sidang perceraiannya itu. Keluarga yang lain tak menanggapi serius kata ancaman yang dilontarkan oleh P. Didik tersebut. Karena semua kata yang diucapkannya itu dianggap hanya sebuah gertak sambal saja untuk menakut-nakuti.
Rupanya, malam harinya sekitar pukul 11.30, Jumat (1/8) ancaman itu benar-benar menjadi kenyataan setelah sang istri dipukul dengan pipa besi hingga mengalami luka robek dikepala bagian belakang. Tak ayal, sang istri langsung pingsan. Anehnya, suaminya juga terbaring tak sadarkan diri disamping istrinya.
Anaknya bernama Koko yang masih berumur 9 tahun itu lalu berteriak memanggil sang nenek, Bu Mus (64). Kemudian sang nenek itu masuk ke dalam kamar dan melihat suami istri itu tengah sama-sama tak sadarkan diri. Melihat banyak darah keluar dari kepala Musrifah, akhirnya sang nenek segera melarikannya ke Puskesmas Bangsalsari.
Sedangkan P. Didik yang tak mengalami luka apa-apa itu dibiarkan begitu saja. Selang beberapa menit, dia tak lagi berada di kamar itu. Kemudian dia diketahui berada di rumah tetangganya bernama Gatot untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Lalu dia diminta untuk menghadap pada Kades setempat dan diantarkan ke Polsek Bangsalsari untuk menyerahkan diri.
Saat di Polsek Bangsalsari itu, dia seperti orang menggigil kedinginan. Takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan, petugas meminta agar dia dibawa ke Puskesmas Bansalsari. Beberapa saat kemudian, dia menghembuskan napas terakhirnya karena diduga tekanan darah tinggi.
Kapolsek Bangsalsari, AKP Trijoko Setionarso saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa hingga merenggut nyawa itu. Namun, dari hasil penyelidikan pihak kepolisian tak ditemukan tanda-tanda lain yang menyebabkan kematian korban. Hasil penyelidikan sementara, korban meninggal akibat tekanan darah tinggi. Dari kedua belah pihak tak ada yang menuntut peristiwa meninggalnya korban itu meski awalnya sempat mempermasalahkannya.
Namun, setelah petugas mengarahkan dan memberikan pengertian, kedua belah pihak menyadari bahwa apa yang telah terjadi itu benar-benar musibah yang harus diterima dengan tabah dan sabar. (st8)



Tidak ada komentar: