Senin, 08 September 2008

Dihajar Petinju, Bocah SMP Klenger

Dihajar Petinju, Bocah SMP Klenger
Jember, Memo
Empat orang datang ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Jember, sekitar pukul 23.30. Empat orang yang datang itu, tiga pria dan satu wanita. Kedatangan mereka untuk melaporkan kasus penganiayaan yang menimpa Tofanda Jayanto.
Tofanda Jayanto, seorang pelajar kelas 2 SMP Kartika yang masih berusia 16 tahun. Di samping pamannya, ia mengungkapkan ke petugas SPK bahwa malam itu baru saja mendapat perlakuan yang membuatnya kesakitan.
Sebuah penganiayaan yang diduga dilakukan Tk, seorang yang dikenal sebagai petinju yang sudah memenangi beberapa kejuaraan. Nama pria ini juga sudah terkenal di dunia boxing. Penganiayaan itu membuat hidung pemuda asal jalan Sentot Prawirodirjo 157 membesar karena bengkak.
Penganiayaan yang terjadi sekitar pukul 19.30 di depan Toko Jaya Gladak Kembar itu dilakukan di depan mata adik Tk, Hani (17). Gadis kakak kelas Tofan ini juga harus mendapat perlakuan kasar dari kakaknya itu hingga menangis. “Sebelumnya saya nonton konser sama Hani,” jelasnya.
Kepergiannya dengan cewek yang diakuinya hanya sekadar teman itu sejak sore sekitar pukul 15.00. Hani dijemput di rumahnya di jalan Letjen Suprapto IV Kebonsari seperti janji yang disepakati sehari sebelumnya.
Berdua mereka lalu ke konser musik di Kaliwates. Kebersamaan mereka menikmati tontonan musik di bulan puasa itu sampai menjelang buka puasa. “Lalu saya ajak buka puasa di rumah saya,” ungkap Tofanda.
Namun, masih kata pemuda ini, Hani menolak dengan alasan malu terhadap ibu Tofanda. Hani memilih mengajak Tofanda untuk makan di luar rumah. Menu buka puasa yang mereka pilih adalah makan bakso bareng di jalan Melati. Cukup lama mereka menyantap bulatan-bulatan daging kenyal itu sambil bercakap-cakap.
“Setelah itu, saya tawari dia untuk saya antar pulang,” kata Tofanda. Tapi Hani menolaknya. Bahkan meminta untuk diantar pada saat orang-orang telah melaksanakan salat Tarawih. Kesepakatan pun dicapai keduanya untuk lebih lama lagi bepergian malam itu.
Begitu mengetahui waktu sudah menunjukkan saatnya untuk pulang seperti kesepakatan semula, Hani diantar pulang. Hanya saja, Hani tak ingin diantar ke rumahnya, dan meminta ke rumah neneknya di daerah Gladak Kembar itu.
Tapi belum sampai ke rumah nenek Hani, tepatnya di depan toko Jaya Gladak Kembar, laju motor yang mereka kendarai berpapasan dengan Tk. Keduanya pun berhenti ketika petinju itu menghentikannya.
“Saya lalu ditanya apa benar bernama Tofan,” jelas Tofanda. Merasa memang itu namanya, ia langsung membenarkan bahwa ia yang bernama Tofan. Tapi, sejurus kemudian ia malah mendapat beberapa bogem mentah dari petinju itu.
“Pakai kedua tangan, kanan dan kiri,” ujar Tofan menjelaskan ke petugas. Ketika bertubi-tubi ia mendapatkan serangan petinju itu, ia masih berada di atas motor yang belum dimatikan.
Karuan saja ia tak berdaya mendapat serangan keras dan mendadak itu. rambutnya dijambak plus serangan pukulan tangan kosong ala petinju profesional. Hani yang melihat pemandangan semacam itu mencoba melerai kakaknya.
Sayangnya, petinju itu tak menghiraukan rengekan adiknya itu. Malah petinju itu memarahi dan menampar adik perempuannya itu hingga menangis di pinggir jalan. Dilanjutkan kembali memukul Tofanda yang sudah kesakitan.
Puas memenangkan pertandingan tak resmi itu, petinju itu lalu mengajak adiknya pulang dan meninggalkan Tofanda begitu saja. Tofanda pun harus pulang dengan darah mengalir deras dari hidungnya. Punggungnya pun terasa sakit akibat bogem mentah sang petinju itu.
Di rumah, keluarga Tofanda menjadi heboh. Sebab, pemuda itu pulang dengan kondisi yang memprihatinkan. Hidungnya membesar karena bengkak dengan rambut yang awut-awutan. “Tapi kalau begini kamu mbangir Fan,” goda pamannya saat mendampingi melapor.
Melihat kondisi yang tak wajar itu, keluarga Tofanda mendatangi keluarga Hani untuk menanyakan alasan pemukulan itu. Sang paman yang seorang diri mendatangi keluarga petinju itu mengaku malah mendapat sambutan yang tak menyenangkan. “Maunya kan selesai secara kekeluargaan. Tapi sikap yang seperti itu, mau bagaimana lagi. Ya ke sini (Polres, red),” ungkapnya.
Apa yang menyebabkan sang petinju menjadi kalap belum bisa dipastikan. Sang paman pun tak mendapati alasan pemukulan itu. Hanya saja, Tofanda mengaku mendapat penjelasan dari ibu Hani tentang persoalan yang sebenarnya terjadi.
Ketika membuntuti pamannya ke rumah Hani, ia sempat bertemu dan berbincang dengan ibu Hani di luar rumah. Dari perbincangan itu ia mengetahui bahwa pacar Hani diketahui suka mabuk-mabukan.
Kebiasaan itu membuat keluarga Hani tak menyukai hubungan Hani dengan pacarnya itu. “Penilaian ke pacarnya itu, ternyata disangkakan ke saya,” jelas Tofanda. “Karena itu, ibunya saat itu sudah meminta maaf ke saya,” ungkapnya.
Tofanda lalu dimintakan visum ke Puskesmas Sumbersari, dan langsug menjalani pemeriksaan petugas penyidik malam itu juga. (st2)


Tidak ada komentar: